In book-and-poetry book-poetry-and-opini dampak-dilan1991 hari-dilan opini-dilan sharing Sharing-and-review spot-wisata-dilan

Dilanku dalam Generasiku



Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, maaf aku pasti tidak bisa, karena aku cuma mencintai Milea
Sudah pada pahamkan itu quote berasal dari mana?, jawabannya pasti film Dilan 1991 yang dirilis pada bulan Februari 2019. Sekitar 2 bulan yang lalu ya 😀 dan tulisan ini baru muncul sekarang 😌

Sebelumnya tulisan ini aku buat sebagai tugas dari mentor saat ikutan Freelance Writing Workshop bulan Maret kemarin, dan tulisan ini asalnya dari hasil diskusi kelompok kecil saat workshop.

Nah, waktu itu kalau nggak salah sih kasusnya seperti ini
Bagaimana pendapatmu tentang dampak Film Dilan 1991 bagi generasi muda saat ini?, dan setujukah kamu dengan adanya wacana hari Dilan nasional dan pembangunan spot wisata Dilan?
Langsung lanjut ke kasus yang pertama

Dampak Film Dilan 1991 Bagi Generasi Muda

Dilan 1991 merupakan film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq. Film ini merupakan kelanjutan dari film sebelumnya yaitu Dilan 1990. Jika Dilan 1990 mengisahkan bagaimana perjuangan Dilan mendekati Milea, maka film Dilan 1991 mengisahkan tentang perjalanan kisah cinta antara Dilan dan Milea.

Dampak yang diakibatkan dari adanya film ini telah kita sepakati bahwa ada dampak positif serta dampak negatif bagi generasi muda yang saat ini disebut sebagai generasi milennial dan generasi alfa.

Mengapa demikian?, karena kisah cinta yang seperti itu otomatis memberikan pengaruh besar bagi generasi muda. Tak menutup kemungkinan akan banyak sekali kaum muda yang memimpikan memiliki seseorang (pacar) seperti Dilan ataupun Milea.

 Dampak Positif Film Dilan 1991

Menurut kami, dampak positif dari adanya film ini terkait dengan dunia sastra. Mengapa?, karena melalui kalimat-kalimat puitis yang Dilan lontarkan setidaknya mampu menjadikan inspirasi bagi generasi muda. Bertutur seperti Dilan tidaklah mudah, harus ada input banyak kata yang hanya bisa didapatkan dari membaca, terutama membaca buku. Kecil kemungkinan orang bisa berkata puitis meskipun kata itu sederhana jika ia tidak rajin membaca buku.Dengan membaca buku otomatis akan menghasilkan pilihan kata atau diksi yang juga berkualitas.

Jika generasi muda banyak yang terdorong untuk bisa bertutur seperti Dilan, ya sudah seharusnya mereka membaca buku sebagai kegiatan rutinitas, terutama buku ataupun novel yang bergenre romance atau buku puisi yang berisi ungkapan-ungkapan cinta.

Dampak Negatif Film Dilan 1991

Menurut kami pula, dampak negatif dari adanya film ini lebih kepada pergaulan generasi muda. Kisah cinta pra-menikah atau yang disebut pacaran tentunya bertentangan dengan aturan dalam agama islam. Bukankah sebagai muslim kita harusnya patuh dengan aturan yang sudah dibuat dan percaya akan adanya larangan berpacaran?.

Dari adegan-adegan yang seperti itulah, terkesannya film ini belum mendidik generasi muda, apalagi dalam film ini juga terdapat dialog dan juga adegan yang sebenarnya tidak pantas untuk dipertontonkan. Serta film ini juga seakan-akan tidak menggambarkan secara riil perilaku generasi muda di tahun 1991. 

Ditahun 1991, pergaulan pemuda lawan jenis masih bisa dikatakan terbatas dan tidak sebebas era sekarang ini. Jika dulu orang tua melarang anaknya untuk pacaran, maka berbeda dengan sekarang yang mendukung anaknya untuk memiliki pacar. Jangankan keluar malam untuk jalan-jalan, ketika waktu telah memasuki magrib pun anak perempuan sudah dilarang untuk keluar rumah.

Menurut kami juga, film ini seakan-akan seperti salah menentukan target ataupun segmen penonton. Karena kebanyakan, penonton film ini masih berada di usia sekolah menengah pertama, sedangkan kisahnya lebih kepada generasi muda usia sekolah menengah atas atau juga ynag sudah kuliah.

 

Wacana Hari Dilan Nasional

Wacana ini merupakan serentetan dampak dari adanya ini. Begitu banyaknya generasi muda terutama kaum hawa yang mengidolakan sosok Dilan, hingga akan dibentuk hari Dilan Nasional.

Lalu, bagaimanakah dengan kami?

Tentunya kami kurang setuju dengan wacana tersebut, karena bagi kami, wacana tersebut belum mampu memberikan sumbangsih yang positif terhadap negeri ini. Bagi kami, wacana tersebut hanya lahir dari keinginan dan nafsu belaka para fans yang saat itu masih diliputi virus cinta akan sosok Dilan, entah itu dari karakter Dilan atau dari aktor Dilan. Buktinya, hingga saat ini pun, wacana tersebut bagaikan hilang ditelan bumi.


Pembangunan Spot Wisata Dilan di Bandung

Nah ini yang mungkin masih bisa dipertimbangkan. Jika mampu memberikan sumbangan untuk keadaan ekonomi sekitar mungkin bisa saja direalisasikan. Namun, pembangunan wisata sendiri juga butuh dana yang besar, selain itu juga dibutuhkan dana perawatan yang tidak sedikit. Jika income yang didapat mampu membawa keuntungan atau setidaknya mampu untuk mengembalikan modal pembangunan mungkin masih bisa diterima.

Selain itu, dilihat pula dari tujuan pembangunan wisatanya. Jika tujuannya untuk menghidupkan kembali suasana di era 90-an mungkin bisa saja diwujudkan atau pembangunan spot wisata ini dapat memberikan edukasi bagi para wiastawan nantinya. Bukan hanya sekedar spot foto belaka, tapi jika tujuannya hanya untuk memenuhi keinginan semata para fans saat ini, lebih baik tidak perlu dilanjutkan.

Itu tadi sedikit tentang opini kami dalam menanggapi kasus yang mengiringi boomingnya film Dilan 1991. Opini ini kami hasilkan berdasarkan hasil diskusi kelompok. Tidak ingin menyudutkan salah satu pihak, karena jika dilihat sebagai suatu seni, film ini pasti memiliki penikmatnya tersendiri.


Terimakasih

See You Next Post  😊


Pemilik Opini : Umar Hamdani, Nasyihen Ainun N., Denis Dwi, Rifrinda/Fian, Siska Rofita

Related Articles

0 comments:

Post a Comment